Kisah Suku di Pedalaman Sumatra yang Lawan Belanda 50 Tahun, Dihormati Sultan Palembang

Kisah Suku di Pedalaman Sumatra yang Lawan Belanda 50 Tahun, Dihormati Sultan Palembang
info gambar utama

Suku Basemah adalah suku yang bermukim di sekitar kawasan Gunung Dempo, Pagaralam, Empat Lawang, Muara Enim, dan sekitarnya. Suku ini masih berkerabat dekat dengan Suku Melayu dan Komering yang sudah mendiami Pulau Sumatra.

Dimuat dari Merdeka, Suku Basemah juga disebut dengan Melayu Besemah, Pasemah atau Besemah. Kehidupan Suku Basemah sebagian besar merupakan petani dengan mengelola kebun sendiri.

Mengenal “Festival Sriwijaya”, Salah Satu Acara Budaya Terbaik di Indonesia

Tanah di Kota Pagaralam sebagian besar merupakan jenis tanah latosol dan andosol, yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga cocok untuk usaha pertanian, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Pada masa kolonial Belanda, daerah Besemah terbagi atas Pasemah Lebar, Pasemah Ulu Lintang, Pasemah Ulu Manna, dan Pasemah Ulu Air Keruh. Dalam peta kolonial Belanda, daerah Pasemah terletak di antara Karesidenan Palembang dan wilayah Asisten Residen Bengkulu.

Bangsa merdeka

Besemah sampai akhir abad ke 19 belum diketahui secara pasti. Keterangan yang ada berasal dari catatan orang Eropa yakni rombongan ekspedisi Inggris yang mengunjungi tanah Besemah pada tahun 1877.

Dari catatan rombongan yang masuk ke wilayah Besemah, diperkirakan terdapat 300 dusun. Dusun-dusun ini terdiri 43-50 buah rumah dan setiap rumah dihuni rata-rata 8 orang. Jadi ada kurang lebih 340-400 orang.

Membingkai Budidaya dan Geliat Ekspor Kopi Robusta di Karesidenan Palembang Masa Kolonial

JSG Gramberg, pegawai pemerintah kolonial Belanda menyebut karakter orang Besemah sebagai orang yang merdeka dan mandiri. Mereka disebut selalu menjaga dan memelihara kedaulatan dari penguasa regional, baik Majapahit di Palembang dan Banten di Lampung.

“Bahkan Kesultanan Palembang menganggap orang Besemah sebagai sahabat dengan memberikan gelar kehormatan sebagai “Sindang Merdika” (Sang Penjagaan Berbatasan.”

Bahkan saking kuatnya Besemah ketika itu, ekspedisi militer Belanda untuk menaklukan Basemah memerlukan lima puluh tahun lamanya dari tahun 1821-1867 untuk bisa mengontrol daerah tersebut.

Tertutup pengaruh asing

Gambaran tentang keadaan alam dan penduduk Pagaralam pada abad ke 19 merupakan daerah yang merdeka dan bebas dari pengaruh asing. Letaknya yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menjadikan daerah ini terlindungi secara alami dari pengaruh luar.

Gramberg, seorang pegawai pemerintah kolonial Hindia Belanda menuliskan keadaan Pasemah pada masa kolonial dalam sebuah laporan pada tahun 1825, setelah berhasil menaklukan wilayah Pasemah.

Intip Peristirahatan Terakhir Kapitan Tionghoa di Tepi Sungai Musi

“Jika ia berjalan mengelilingi kaki gunung berapi, maka akan tibalah ia di sisi timur dataran tinggi yang luas yang menikung agak ke arah tenggara, dan jika dari di situ berjalan terus lebih ke timur lagi hingga dataran tinggi itu berakhir pada deretan pegunungan tempat, dari sisi itu, terbentuk perbatasan alami negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan Hindia Belanda,” jelasnya.

Orang-orang Eropa pada awalnya tidak mengetahui siapa sebenarnya orang Besemah. Tetapi Thomas Stamford Raffles menyebut mereka ini dengan nama Passumah. Sedangkan John Bastin dalam bukunya menyebut orang Passumah ini sebagai bandit kjarena gagah berani pernah menyerang distrik Manna salah satu kota di Bengkulu sekitar abad ke 18.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini