Kisah Marga Kolopaking, Trah Bangsawan dari Kebumen yang Disegani Belanda

Kisah Marga Kolopaking, Trah Bangsawan dari Kebumen yang Disegani Belanda
info gambar utama

Penikmat musik dan layar kaca awal 1990-an tentunya akrab dengan Novia Sanganingrum Saptarea Kolopaking yang muncul dalam sinetron Siti Nurbaya. Tetapi Novia bukan satu-satunya dengan nama belakang Kolopaking.

Kolopaking ternyata nama yang disematkan kepada orang-orang dari trah keluarga Jawa, tepatnya di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Bahkan di sana ada sebuah hotel mewah bernama Grand Kolopaking.

Pemandian Air Panas Krakal, Tempat Favorit Cari Kesembuhan dari Zaman Kompeni

Dimuat dari Tirto, trah Kolopaking masih ada keterkaitan dengan Raja Mataram Islam, Amangkurat I. Saat itu Amangkurat I menjadi pelarian saat pemberontakan Trunojoyo. Dirinya diselamatkan oleh keluarga Kiai Bagus Kertawangsa.

Ketika datang Amangkurat I dalam kondisi sakit. Kertawangsa kemudian memberikan kelapa aking (kelapa kering) kepada Amangkurat I. Setelah sembuh, Amangkurat I memberi Kertawangsa gelar Tumenggung Kelapa Aking.

“Lama kelamaan, Kelapa Aking terucap jadi Kolopaking.”

Trah Kolopaking

Keturunan Kertawangsa banyak mengukir sejarah baik di Kebumen maupun di pentas nasional. Bangsa Kolopaking pernah menduduki jabatan sebagai bupati atau adipati Kebumen selama 156 tahun.

Keluarga Kolopaking juga terkenal gigih dalam menentang penjajahan Belanda. Salah satunya adalah Tumenggung Kolopaking IV yang berdiri di belakang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa.

Pantai Kebumen, Sajikan Edukasi Konservasi Penyu

Ketika Perang Jawa usai, keluarga Kolopaking juga terkena imbas. Mereka disingkirkan oleh Belanda dari kekuasaan Kebumen. Semua hal-hal berbau Kolopaking disingkirkan, tetapi banyak dari mereka tetap berjuang demi kemerdekaan.

Satu sosok yang begitu terkenal adalah Soemitro Kolopaking yang adalah Bupati Banjarnegara. Dirinya sempat berkeliling dunia mulai dari Jerman dan bekerja di pertambangan dengan nama samaran WA Snell.

Dirinya adalah salah seorang pendiri Perhimpunan Indonesia. Dia pulang setelah tujuh tahun belajar di Belanda. di Hindia Belanda, dirinya menjadi seorang polisi dan berhasil membongkar kasus Robin Hood lokal bernama Patra Kutang.

Makam Kolopaking

Keluarga Kolopaking juga memiliki makam tersendiri yaitu di daerah Desa Kalijirek, Kebumen. Gerbang makam itu dapat dicapai setelah menapaki sekitar 11 anak tangga dan bangunannya cukup besar.

Di luar bangunan itu, terdapat beberapa makam yang bertuliskan Rd.Ng. Mangoenantmojo meninggal pada 10 Oktober 1928 dan Rd.Ayu Mangoenatmojo yang wafat pada 31 Juli 1932. Lalu ada makam tunggal yang pada nisannya terdapat huruf Arab dan Jawa.

CCTV di Kebumen Terintegrasi, Kegiatan Masyarakat Dapat Dimonitor

Di lokasi pemakaman itulah Tumenggung Kolopaking I dan Tumenggung Kolopaking dimakamkan. Kondisi makam sendiri terawat dengan baik karena ada seorang kuncen yang ditugaskan khusus untuk merawat tempat itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini