Bagoes Kresnawan Hadirkan Food Patrol untuk Pemerataan Tempat Makan

Bagoes Kresnawan Hadirkan Food Patrol untuk Pemerataan Tempat Makan
info gambar utama

Food blogging menjadi kegiatan yang biasa di era digital seperti sekarang ini. Teknologi gawai yang semakin canggih membuat siapa saja bisa menjadi food blogger di manapun, kapan pun. Tinggal jepret atau rekam, unggah di media sosial, bagikan ke banyak orang, kegiatan food blogging pun tuntas dilakukan.

Sejak dulu hingga kini, predikat food blogger tersemat di beberapa orang Indonesia. Sebut saja Nex Carlos, Tanboy Kun, atau yang paling termasyhur ialah almarhum Bondan Winarno. Masing-masing dari mereka menyajikan keunikan saat me-review kuliner yang disantap. Dari situ, mereka pun mendapat ketenaran plus kesuksesan berkarier sebagai reviewer makanan.

Tak bisa dipungkiri, food blogging menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi beberapa orang. Siapa sih yang tidak ingin mendapat keuntungan dengan perut kenyang seusai menyantap kuliner nikmat? Namun, hanya segelintir food blogger yang memang memiliki “misi suci” melakukan kegiatan satu ini. Food Patrol mungkin salah satunya.

Misi Pemerataan Tempat Makan

Yogya adalah salah satu surga kuliner di tanah Jawa. Makanan khas seperti gudeg, bakpia, hingga sate klathak adalah beberapa contoh umum kuliner yang biasa disantap para pelancong kota istimewa ini. Warung dan resto kuliner tersebut pun menjamur, dan hitungan terkenal hanya didapat beberapa tempat makan saja berkat bantuan food blogger.

Oleh karena itu, Food Patrol pun hadir. Akun media sosial ini digagas oleh ahli audiovisual Bagoes Kresnawan yang memiliki misi pemerataan terhadap tempat makan salah satunya di Yogya. Menurutnya, Food Patrol dihadirkan agar tempat makan yang tidak disambangi food blogger bisa didatangi pembeli.

“Food Patrol sebenarnya aku punya misi salah satunya adalah pemerataan inspirasi makanan. Jadi food blogger memiliki peranan penting banget terhadap sentralisasi untuk orang yang datang ke Yogya, Misalnya ‘kamu belum ke Yogya kalau belum makan gelato yang itu’. Dan akhirnya semua cabangnya bikin macet, mungkin toko gelato yang lain jadi sepi atau tidak diminati,” kata Bagoes saat diwawancarai Good News From Indonesia.

Food Patrol menolak disebut food blogger atau reviewer makanan karena misinya memang untuk pemerataan. Selain mengandalkan teknik sinematik yang apik, bubuhan informasi lokasi turut disematkan di setiap postingannya agar memudahkan netizen mengetahui letak tempat makan.

Bagoes memiliki tiga kriteria tempat makan yang direkamnya. Akan tetapi, ada kalanya tiga kriteria itu dikesampingkan bila ia menemukan subjek menarik dan belum banyak orang tahu.

“Dari kegelisahan itu terus kemudian kalau teman-teman amati Food Patrol ada tiga pilar. Yang pertama lebih dari 10 tahun, yang kedua tidak pilihan utama, yang ketiga mostly kaki lima. Tapi, tiga pilar itu sebenarnya bisa diruntuhkan kalau aku senang sama subjeknya. Brand punya temenku, Bons Fabriek itu minuman kombucha, dia belum 10 tahun tapi menurutku enggak ada saingannya di Yogya,” ucap pemilik nama alias Bagustikus tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DI
AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini