5 Tempat Bersejarah di Maluku yang Akan Menambah Pengetahuanmu

5 Tempat Bersejarah di Maluku yang Akan Menambah Pengetahuanmu
info gambar utama

Provinsi Maluku menyimpan banyak cerita dari masa lalu yang dapat ditemukan di berbagai situs bersejarah. Tempat-tempat seperti Benteng Victoria dan Benteng Amsterdam di Ambon adalah saksi bisu dari perjalanan sejarah Maluku.

Mengetahui peninggalan sejarah ini sangat penting bagi generasi muda. Dengan memahami perjuangan para pendahulu, kita dapat lebih menghargai warisan budaya yang ada.

Berikut adalah beberapa situs bersejarah di Provinsi Maluku yang harus Kawan kunjungi untuk mengenal lebih dekat sejarah dan budaya daerah ini.

1. Benteng Victoria

Saat berwisata ke Provinsi Maluku, Kawan akan menyesal bila tidak berkunjung ke Benteng Victoria. Hal ini karena benteng yang terletak di Kecamatan Srimau, Kota Ambon ini merupakan benteng tertua di Ambon.

Benteng ini awalnya dibangun oleh Portugis pada tahun 1775 dan kemudian diambil alih oleh Belanda. Selama masa pemerintahan kolonial, Belanda menjadikan benteng ini sebagai pusat administrasi untuk mengumpulkan rempah-rempah yang melimpah di Maluku.

Di depan benteng tersebut, wisatawan akan menjumpai sebuah pelabuhan yang digunakan sebagai jalur perhubungan laut antarpulau. Melalui pelabuhan ini kapal-kapal Belanda mengangkut rempah-rempah untuk didistribusikan ke beberapa negara di benua Eropa.

Bersebelahan dengan benteng ini, Kawan juga akan menjumpai pasar sebagai tempat untuk mempertemukan komunitas para pedagang pribumi.

Selain itu, benteng ini juga berfungsi sebagai tempat pertahanan Belanda dari serangan masyarakat pribumi yang melakukan perlawanan. Di depan benteng inilah pahlawan nasional Pattimura dijatuhi hukuman gantung oleh Belanda pada tanggal 6 Desember 1817.

Tradisi Pukul Sapu di Maluku, Atraksi Ekstrem Saat Hari Raya Idulfitri

2. Rumah Bung Hatta

Bagi Kawan yang ingin mengenal lebih jauh sejarah pengabdian Bung Hatta kepada bangsa Indonesia, mengunjungi bekas rumah beliau adalah pilihan yang tepat. Di rumah ini, Kawan dapat melihat kacamata yang pernah digunakan Bung Hatta saat membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 di Pengangsaan Timur, Jakarta.

Di rumah Bung Hatta ini pula dapat menemukan satu sel jas warna kombinasi abu-abu cokelat. Jas bersejarah ini digunakan Bung Hatta saat menandatangani hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus-2 November 1949.

Pada salah satu pojok halaman rumah, terdapat gentong yang dulunya digunakan sebagai penampungan air hujan. Bung Hatta mengandalkan air hujan yang terkumpul dalam gentong tersebut sebagai sumber air minum, karena selain tidak ada sumur, air di lokasi tersebut memiliki kadar garam yang tinggi.

3. Benteng Amsterdam Ambon

Jika ingin membuka kembali sejarah penguasaan VOC di Ambon, sangat tepat jika Kawan berkunjung ke Benteng Amsterdam. Benteng yang terletak di Kecamatan Hila, Kota Ambon ini merupakan bangunan tua yang sudah berusia ratusan tahun.

Benteng Amsterdam dibangun oleh Belanda pada awal abad XVII ketika perdagangan rempah-rempah mulai berkembang di Ambon. Terletak tidak jauh dari Gereja Tua Hila, benteng ini adalah bangunan kedua yang dibangun oleh Belanda di Ambon setelah Kasteel Van Verre.

Pembangunan benteng ini dimulai oleh Gerard Demmer pada tahun 1642. George Everhard Rumphius, seorang ahli sejarah dan pengamat alam asal Jerman yang bekerja untuk tentara Belanda, pernah tinggal di benteng ini pada tahun 1660-1670. Selama tinggal di sana, ia menulis buku tentang flora dan fauna Ambon.

Benteng bersejarah ini bisa menjadi alternatif tempat tujuan wisata, khususnya bagi para pelajar. Mereka dapat berwisata sambil melihat bukti peninggalan bersejarah perjuangan bangsa Indonesia pada zaman penjajahan.

Lawa Pipi, Tradisi Mengarak Hewan Kurban Mirip Tawaf di Maluku Tengah

4. Museum Bung Sjahrir

Museum Bung Sjahrir merupakan bekas rumah Soetan Sjahrir di Banda Neira. Di museum ini Kawan dapat melihat beberapa dokumen penting yang terpampang di papan pajangan bersama beberapa koleganya.

Selain itu, museum ini juga menyimpan salinan surat pengangkatan Soetan Sjahrir sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Dalam Negeri dan Luar Negeri. Surat tersebut ditandatangani oleh Presiden Ir. Soekarno pada 15 November 1945. Pada saat pengangkatan ini, Bung Kecil, sapaan akrab Soetan Sjahrir, masih berusia 36 tahun.

Di museum ini Kawan juga dapat menjumpai gramofon yang pernah digunakan oleh Bung Kecil dan para pejuang lainnya untuk mendengarkan musik-musik klasik kesukaan mereka.

5. Benteng Belgica

Ada satu lagi saksi bisu penguasaan bangsa Eropa di Ambon yaitu Benteng Belgica. Benteng ini terletak di Kota Banda Neira, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah.

Sejak bangsa Portugis tiba pada awal abad ke-16, diikuti oleh Belanda dan Inggris kemudian, wilayah kepulauan Nusantara hampir secara keseluruhan menjadi wilayah ekonomi kolonial. Banda Neira adalah salah satu contohnya.

Pulau ini berubah menjadi pusat perdagangan ketika Portugis pertama kali menginjakkan kakinya pada tahun 1527, dianggap sebagai pulau rempah-rempah yang terkenal. Bandanaira direncanakan untuk menjadi pusat perdagangan Portugal menuju Eropa pada masa itu.

Pembangunan Benteng Belgica ini dipimpin oleh Pieter Both, Gubernur Jenderal pertama VOC pada tahun 1611. Benteng ini digunakan sebagai markas dan pusat pertahanan militer. Dalam kurun waktu itu, benteng yang pada awalnya difungsikan sebagai pusat pertahanan tersebut berkembang menjadi benteng pemantau lalu lintas kapal dagang.

Mengenal Pela Gandong, Perjanjian Damai dari Kepulauan Maluku

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini