Palinggih merupakan bangunan suci yang dipercaya oleh umat Hindu di Bali sebagai setana dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, melalui beberapa manifestasi-Nya. Palinggih yang dibuat dengan bahan dasar bebatuan, semen, serta beberapa bahan bangunan lain tentunya seiring perkembangan waktu mengalami kerusakan.
Baik kerusakan secara alamiah, maupun ulah dari manusia sendiri. Namun, dengan usaha serta bakti umat manusia kerusakan tersebut dapat dicegah sebelum mengalami kerusakan yang lebih parah.
![Palinggih Gedong Desa sebelum mengalami pemugaran. Foto: Dokumentasi Pribadi](https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2024/06/2621132024-gedong-desa.jpg)
Beberapa usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merawatnya secara berkala sehingga terhindar dari kerusakan. Selain itu, jika kerusakan terlalu parah, maka perlu dilakukan pemugaran atau perbaikan secara lebih intensif demi ajegnya bangunan-bangunan suci tersebut. Terkhusus di Desa Adat Beringkit, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, telah banyak dilakukan gerakan pemugaran dan perbaikan pura. Namun, di balik semua proyek tersebut terdapat beberapa hal yang mestinya lebih diperhatikan.
![Palinggih Sapta Patala. Foto: Dokumentasi Pribadi](https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2024/06/2621162024-sapta-petala.jpg)
Memandang pura sebagai salah satu peninggalan sejarah alangkah baiknya kita melakukan perawatan terhadap bangunan tersebut. Ketimbang membuat baru, tentu akan menelan biaya yang lebih banyak. Jika kita dapat melakukan perawatan, maka nilai historis akan tetap terjaga seiring dengan perkembangan jaman.
Beberapa opsi tersebut kembali kepada keputusan dari masing-masing masyarakat. Keputusan untuk memperbaiki pura telah diambil oleh masyarakat Beringkit, serta perlu dilakukan beberapa upacara sebelum melaksanakan proyek perbaikan itu sendiri. Upacara tersebut dinamakan nurunang.
![Prosesi Nurunang Ida Bhatara di Palinggih Gedong Desa. Foto: Dokumentasi Pribadi](https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2024/06/2621172024-nurunang-ida-bhatara-desa.jpg)
Masyarakat Desa Adat Beringkit menggelar upacara Nurunang pada 21 Juni 2024 bertepatan dengan Purnama Sada. Dalam bahasa Bali, nurunang berasal dari kata turun yang berarti turun atau berpindah posisi dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
Kata turun menjadi nurun serta terdapat terdapat akhiran /ng/ menjadi kata kerja nurunang yang berarti menurunkan. Jadi, upacara Nurunang bisa dimaknakan sebagai suatu upacara untuk memohonkan secara niskala atau gaib kehadiran beliau yang tak kasat mata agar berkenan untuk turun dari setana atau palinggih beliau. Sebab, secara fisik akan dilakukan perbaikan.
Pesona Tersembunyi di Trek Joging Desa Wisata Baha, Bali
Rangkaian dari upacara Nurunang ini dimulai dari ritual menghaturkan sesajen pada tiap-tiap palinggih yang akan dipugar, setelah dilakukan beberapa rangkaian upacara, selanjutnya dilakukan matur uning (memohon kesediaanNya secara gaib).
Ritual tersebut dipimpin oleh mangku Kahyangan Tiga (pemuka agama Hindu yang memiliki tugas di Pura Kahyangan Tiga). Kemudian dilanjutkan dengan nedunang atau menggambil daksina linggih [sesajen yang digunakan dalam upacara ini] yang semula diletakkan pada masing-masing palinggih. Lalu, dituntun dengan menggunakan tombak penuntun dan diiringi oleh jero mangku menuju Bale Murda Manik.
![Prosesi Nurunang. Foto: Dokumentasi Pribadi](https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2024/06/2621192024-nurunang-ida-bhtara-puseh.jpg)
Setelah seluruh daksina linggih, ratu petapakan, dan arca kuno di setanakan disana. Kemudian dilanjutkan dengan upacara meprani atau menghaturkan sesajen dari seluruh masyarakat Desa Adat Beringkit, selama kurang lebih dua jam.
Selama proyek pamugaran berlangsung Seluruh piranti upacara berupa daksina linggih, petapakan, dan arca kuno disetanakan sementara di Bale Murda Manik. Selain itu, demi menjaga keamanan prejuru desa (pemerintah desa) mengajak seluruh masyarakat Desa Adat Beringkit untuk bersama-sama mekemit atau berjaga semalam suntuk di wilayah pura.
![Prosesi](https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2024/06/2621202024-ngelinggihang-.jpg)
Perkiraan waktu pengerjaan seluruh bangunan adalah delapan bulan. Pemugaran dilakukan pada keseluruhan pelinggih atau bangunan suci. Pada areal utama atau utama mandala akan mengalami perehaban secara keseluruhan. Aktivitasnya meliputi Palinggih Gedong Desa, Palinggih Gedong Puseh, Palinggih Pangapit Desa, Palinggih Pangapit Puseh, Palinggih Papelik Desa, Palinggih Pangapit Puseh Palinggih Gedong Patapakan, Palinggih Ratu Ngurah Agung, Palinggih Ratu Pradnyan, Bale Gong.
Desa Trunyan yang Menggoda Wisatawan Melihat Entitas Bali Turunan
Selain itu, pada areal tengah atau madya mandala bangunan yang akan mengalami perbaikan adalah Palinggih Prekangge.
![Prosesi](https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2024/06/2621222024-ratu-petapakan.jpg)
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News