Biografi Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI yang Jadi Nama Kapal Perang

Biografi Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI yang Jadi Nama Kapal Perang
info gambar utama

Masih ingatkah kalian pada peristiwa Bom Atom yang meluluhlantahkan Jepang? Ya, tepatnya peristiwa itu adalah buntut dari rentetan panjang perjuangan memukul mundur Jepang. Sebelumnya, pada Juni 1944, pasukan Amerika Serikat berhasil memukul mundur pasukan Jepang. Pada saat yang bersamaan, Jenderal Kuniaki Koiso diangkat sebagai Perdana Menteri Jepang. Dan Jendral itu pula yang mengumumkan akan memberikan kemerdekaan kepada Hindia Timur (Indonesia).

Tapi, janji ini hanyalah tipuan Jepang agar bangsa Indonesia mau membantu mereka melawan Sekutu. Untuk semakin meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang membentuk sebuah organisasi bernama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. Tugasnya adalah mencari tahu dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk kemerdekaan Indonesia. Tim ini dipimpin oleh seorang cendekiawan muda yang cerdas dan berani bernama Dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Apa itu BPUPKI? Apa saja kegiatannya dan bagaimana kiprah seorang Dr. Radjiman? Yuk, kita simak penjelasan berikut

Tentang BPUPKI

BPUPKI dibentuk dengan tujuan untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk pemerintahan Indonesia yang merdeka. Tugas utama organisasi ini adalah menyiapkan struktur pemerintahan yang akan diimplementasikan saat Indonesia merdeka dari Jepang.

Pembentukan BPUPKI oleh Jepang sebenarnya merupakan upaya untuk mendapatkan dukungan dari Indonesia dalam Perang Dunia II. Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia dengan harapan bahwa Indonesia akan membantu mereka melawan Sekutu. BPUPKI mengadakan dua kali sidang penting dalam proses persiapan kemerdekaan tersebut.

Sidang Pertama BPUPKI

Sidang pertama berlangsung dari 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Dalam sidang ini, para anggota BPUPKI belum menghasilkan rumusan dasar negara yang konkret. Mereka lebih banyak berdiskusi dan memberikan pandangan umum mengenai dasar negara yang akan diadopsi oleh Indonesia merdeka.

Setelah sidang ini, dibentuklah sebuah panitia kecil yang kemudian mengadakan rapat dengan anggota BPUPKI lainnya. Dari rapat ini, dibentuklah Panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan anggota seperti Mohammad Hatta, Muh. Yamin, Abdul Kadir Muzakir, Ahmad Soebardjo, A.A Maramis, Wahid Hasyim, dan Abikusno Tjokrosujoso. Panitia Sembilan ini berhasil merumuskan sebuah konsep dasar negara yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.

Sidang Kedua BPUPKI

Sidang kedua BPUPKI diadakan dari 10 hingga 17 Juli 1945. Pada sidang ini, fokus utama adalah membahas rancangan Undang-Undang Dasar (UUD), termasuk pembukaannya. Dalam proses ini, dibentuklah sebuah panitia perancang yang terdiri dari tujuh orang dengan tujuan untuk menyusun rancangan UUD.

Panitia perancang menghasilkan tiga konsep penting, yaitu:

  1. Pernyataan Kemerdekaan Indonesia
  2. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
  3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar (UUD)

Setelah sukses merumuskan dasar negara dan rancangan UUD, BPUPKI dibubarkan pada 7 Agustus 1945. Sebagai gantinya, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno dengan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakilnya. PPKI melanjutkan tugas BPUPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia secara lebih rinci dan konkret.

Ketua BPUPKI dan Anggotanya

Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa pengangkatan anggota BPUPKI diumumkan pada tanggal 1 April 1945. Upacara peresmiannya diadakan pada tanggal 28 Mei 1945 di Gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon, Jakarta. Struktur organisasi BPUPKI adalah sebagai berikut:

  • Ketua: Dr. Radjiman Wedyodiningrat
  • Ketua Muda: Icibangase (Orang Jepang) dan R.P. Suroso
  • Sekretaris: AG. Pringgodigdo

BPUPKI memiliki 60 anggota muda dari Indonesia dan 7 anggota dari Jepang. Para cendekiawan muda Indonesia memiliki hak suara untuk menentukan arah kemerdekaan, sedangkan Jepang hanya bertugas mengawasi.

Terpilihnya ketua BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat dikarenakan perannya yang aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai ketua, tugas Dr. Radjiman adalah memimpin dan menyaring berbagai pendapat yang muncul selama sidang BPUPKI.

Biografi Dr. Radjiman Wedyodiningrat

Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 April 1879. Beliau adalah seorang dokter lulusan School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), yang juga dikenal sebagai Dokter Jawa Batavia. Pilihan itu diambil karena keprihatinannya melihat masyarakat Ngawi dilanda penyakit pes, dan juga belajar khusus ilmu kandungan untuk menyelamatkan ibu yang melahirkan. Beliau menyelesaikan studinya pada tahun 1899 dengan gelar Indisch Art atau Dokter Bumiputera.

Dilansir dari buku Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat: Hasil Karya dan Pengabdiannya oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Radjiman sempat berpindah-pindah tugas sebagai dokter. Ia pernah bertugas di Banyumas, Purworejo, Semarang, Madiun, Sragen, hingga Lawang. Pengalamannya selama bertugas inilah yang memupuk semangat perjuangannya.

Sebagai dokter muda, Radjiman menyaksikan banyak penderitaan rakyat akibat penjajah. Ingin kembali mengabdi pada negeri Radjiman akhirnya mengundurkan diri sebagai dokter pemerintahan Hindia-Belanda. Ia Pun berpindah haluan bekerja sebagai dokter untuk Keraton Solo di bawah pimpinan Pakubuwono X.

Aktivitas dalam Pergerakan Nasional

Selain berkarier sebagai dokter, Dr. Radjiman juga aktif dalam pergerakan nasional. Pada tahun 1915, ia bergabung dengan Boedi Oetomo, organisasi pertama yang didirikan oleh pribumi untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Pada tahun 1923, ia menjadi ketua organisasi tersebut. Kiprah politiknya semakin mengemuka ketika ia terpilih sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) pada masa penjajahan Belanda.

Peran Dr. Radjiman yang paling signifikan dalam sejarah Indonesia adalah ketika ia diangkat sebagai ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945. BPUPKI dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang dengan tujuan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai ketua, Dr. Radjiman memimpin sidang-sidang yang membahas dasar negara dan merumuskan konstitusi Indonesia. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah mengarahkan diskusi yang menghasilkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Penghargaan dan Pengabdian dalam Sejarah

Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya, nama Dr. Radjiman diabadikan dalam sejarah Indonesia, termasuk dalam nama kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Penghormatan ini diberikan untuk mengenang sumbangsihnya yang besar terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia dan dedikasinya dalam bidang kesehatan.

Selain itu, namanya juga abadi dalam bingkai peringatan Hari Lanjut Usia Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada 29 Mei 1996 di Semarang Jawa Tengah. Peringatan ini untuk mengenang dedikasi dan semangat Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat yang pada usia yang sudah sepuh memimpin Sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.

Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat meninggal dunia pada 20 September 1952. Warisannya terus dikenang sebagai salah satu pejuang besar dalam sejarah Indonesia, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan negara.

Referensi :
https://www.liputan6.com/hot/read/5282292/ketua-bpupki-adalah-radjiman-wedyodiningrat-ketahui-sejarah-terbentuknya
https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/sejarah-lansia-hari-lansia-29-mei-hari-lanjut-usia-diperingati-setiap-29-mei-bagaimana-sejarahnya
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6960449/ketua-bpupki-dr-radjiman-wedyodiningrat-ini-sejarahnya
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6199000/sosok-radjiman-wedyodiningrat-ketua-bpupki-yang-awalnya-dokter-keraton

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Meita Astaningrum lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Meita Astaningrum.

MA
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini