Al-Kindi, sang Pencerah Ilmu Filsafat Pertama Umat Muslim Dunia

Al-Kindi, sang Pencerah Ilmu Filsafat Pertama Umat Muslim Dunia
info gambar utama

Berbicara tentang sosok filsuf muslim, tentu tidak bisa terlepas dari Al-Kindi. Lelaki yang memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi ini adalah filsuf pertama dari Islam yang memiliki andil besar untuk perkembangan filsafat, terutama di dunia Timur Tengah.

Masa Lalu Al-Kindi

Selain fasih dengan bahasa Arab, Al-Kindi sangat menguasai bahasa Yunani. Ia sendiri berasal dari suku Kindah, yaitu salah satu suku yang ada di Jazirah Arab Selatan. Dari segi pemikiran dan buah karyanya, penulis beranggapan bahwa Al-Kindi adalah filsuf yang sangat komplet dan multi-skill.

Mengapa demikian? Alasanya ialah Al-Kindi berhasil menghadirkan filsafat Yunani pada kaum muslim dan menghasilkan berbagai karya dengan literasi disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti metafisika, psikologi, etika, logika, matematika, astrologi, hingga ilmu pengobatan (farmakologi dan apotek).

Salat atau Shalat? Ini Panduan Penulisan Kata Baku Istilah-Istilah dalam Islam

Selain itu, Al-Kindi juga memiliki karya dari disiplin ilmu praktis seperti parfum, zoologi, pedang, meteorologi, kaca, dan gempa bumi.

Meski banyak menghasilkan karya-karya dengan berbagai disiplin ilmu, bagi Al-Kindi, matematika merupakan mukaddimah (pembuka atau pendahuluan) dalam penerapan filsafat. Baginya, seseorang tidak akan menjadi ahli filsafat jika belum menguasai matematika terlebih dahulu.

Ulasan matematika yang dimaksud ialah bilangan, aritmetika, harmoni, geometri, dan juga astronomi. Sebelum menjelaskan secara detail mengenai karyanya, ada baiknya akan saya ulas mengenai penerapan jiwa secara efektif menurut Al-Kindi.

Pembagian daya jiwa tersebut meliputi: daya bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Jika akal budinya baik, maka dua jiwa yang lain secara otomatis akan baik pula. Al-Kindi mencontohkan anjing atau babi sebagai dorongan nafsu birahinya, sedangkan akal budi menjadi rajanya.

Konsep Pemikiran Al-Kindi

Dari rangkaian ulasan asal usul, latar belakang, hingga berbagai karyanya, hal yang paling fundamental bagi saya selama mengulas dan mempelajari Al-Kindi ialah konsep pemikirannya dalam mendefinisikan filsafat.

Baginya, filsafat bukanlah digunakan untuk menggugat sebuah kebenaran, melainkan sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Filsafat memiliki keterbatasan dalam mengulas mukjizat, surga, neraka, ataupun kehidupan akhirat.

Dari penjelasan tersebut, semoga bagi Kawan GNFI yang sebelumnya beranggapan bahwa filsafat itu sesat, anti tuhan, radikal, dan pandangan negatif lainnya, dapat terjawab dari definisi sang filsuf pertama islam Al-Kindi.

Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia

Pernyataan Al-Kindi yang sangat fenomenal yang ditulis oleh Seyyed Hossein Nasr:

“Kita tidak akan malu mengakui kebenaran dan mengambilnya dari sumber manapun ia datang bagi kita, bahkan jika kebenaran itu dibawa kepada kita oleh generasi yang lebih muda atau orang asing. Bagi mereka yang mencari kebenaran, tidak ada yang lebih bernilai dari pada kebenaran itu sendiri; kebenaran tidak pernah merendahkan mereka yang mencapainya, baginya adalah penghargaan dan penghormatan.”

Dua Karya besar Al-Kindi yang Membekas sampai Sekarang

Yang pertama, berjudul Fi al-falsafah al-ula (On first philosopy). Karya ini mengulas mengenai konsep pemikiran dari tokoh filsuf Yunani, yakni Aristoteles, tentang metafisika dan teologi. Karya Al-kindi dalam buku tersebut masuk dalam literasi filsafat dasar.

Karya Al-Kindi berikutnya mengulas tentang makna yang terkandung dari sebuah mimpi yang sangat jauh dari kendali manusia dari sudut pandang filsafat, dari bukunya yang berjudul “Fi al-nawn wa al-manam" (On sleep dreams).

Selain dua karya di atas, Al-kindi diceritakan masih banyak lagi karyanya, seperti konsep pemikiran dalam mempelajari agama secara rasional “On the use of reason in religion”.

Penyebaran Islam di Sumedang Melalui Pendekatan Seni dan Budaya

Referensi:

Ibnu Abi Usaibiah. Uyun al-Anba' fi Thabaqat al-Athiba'. hlm. 228.

Matematika Islam Relasi Harmonis. Pekalongan: NEM. Januari 2021. hlm. 47 ISBN 978-623-6906-36-1.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

J(
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini