Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Wujudkan Milenial Agen Perubahan

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Wujudkan Milenial Agen Perubahan
info gambar utama

Intip keseruan kegiatan P5 dengan tema "Kearifan Lokal".

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Dikutip dari laman kemdikbud, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. P5 sendiri mempunyai lima tema yang salah satunya adalah Kearifan Lokal.

Nah, tema inilah yang akan diimplementasikan di SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta. Tema ini diharapkan mampu menjaga eksistensi kearifan lokal di tengah masyarakat. Selain itu, tema ini diharapkan mampu mengenalkan dan menumbuhkan rasa keingintahuan peserta didik akan kebudayaan daerah melalui proses mengenal, mempelajari, dan mempresentasikannya.

Tentunya, hal ini akan sangat berhubungan dengan tema dan sub-tema artikel kali ini, yaitu tentang upaya dalam melestarikan kebudayaan. Dimana pada projek ini peserta didik diharapkan mampu mempelajari dan mengenalkan macam-macam kebudayaan dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada tanggal 17 Oktober 2023, terselenggaralah Festival Pameran P5 yang diikuti oleh seluruh murid kelas sepuluh SMA Negeri 1 Godean dengan memamerkan karya siswa yang telah dirancang selama dua minggu sebelumnya. Sebelum menilik keseruannya, mari sejenak melakukan kilas balik mulai dari hari pertama kegiatan P5 dilaksanakan.

Setiap kelas dibagi menjadi lima kelompok dengan jumlah delapan atau tujuh murid tiap kelompok. Pada minggu pertama, peserta didik diajak berkenalan dengan P5 itu sendiri. Layaknya pepatah yang mengatakan bahwa “Tak kenal maka tak sayang”, tujuannya agar peserta didik mengenal P5 mulai dari pengertian, manfaat, tujuan, dan unsur lainnya. Pasalnya, ini juga menjadi kali pertama diterapkannya Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 1 Godean.

Selain itu, pada minggu ini para siswa benar-benar dibekali oleh segudang pengetahuan mengenai budaya yang terdapat di Daerah Yogyakarta. Setiap kelompok mempresentasikan materi mengenai unsur kearifan lokal, seperti permainan tradisional, makanan khas, dan lagu tradisional. Selanjutnya, peserta didik mengulas lebih dalam unsur tersebut dari enam kabupaten yang ada di Yogyakarta.

Kelompok kami mendapat giliran mempresentasikan dolanan atau permainan tradisional petak umpet (delikan). Rasanya seperti kembali ke masa kecil sebelum era modernisasi menyerang. Berkat aktivitas ini, kami menjadi tahu filosofi dibalik permainan tradisional yang belum diketahui sebelumnya. Jadi, tidak hanya sekedar bermain, tetapi juga memahami maknanya dan berharap adanya aksi dari pemaknaan tersebut.

Peta konsep kekayaan geografis Kabupaten Sleman
info gambar

Pada kesempatan berikutnya, kelompok kami mempresentasikan kearifan lokal dari daerah Kabupaten Sleman, yakni kekayaan geografis dan budaya. Kekayaan geografis meliputi sumber daya alam, sedangkan kekayaan budaya meliputi kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat dan dilaksanakan secara turun temurun. Hal ini juga menunjukkan keterkaitan antara alam dan manusia. Keduanya saling membutuhkan dan menjadi kekayaan suatu daerah yang dapat kita nikmati hingga detik ini.

Sarasehan budaya
info gambar

Selain itu, pihak sekolah juga mendatangkan narasumber yang memiliki kecakapan dan berpengalaman. Generasi milenial sering menyebutnya sepuh atau suhunya dalam bidang budaya. Kegiatan ini dikenal dengan Sarasehan Budaya. Narasumbernya ialah Hayu Avang sebagai Dinas Pariwisata dan Dweena Ahdha sebagai Putri Pariwisata Indonesia DIY 2021.

Sudah terbayang bagaimana keseruannya, bukan? Tentu. Peserta didik dapat belajar kebudayaan yang sudah mulai kehilangan eksistensinya atau sesederhana suatu hal yang belum mereka tahu sekaligus mempromosikannya melalui platform media sosial. Ini artinya, penyampaiannya dilakukan menyesuaikan kecanggihan teknologi. Tidak hanya itu, tetapi juga mengikuti perkembangan zaman. Hal yang paling menyorot perhatian kami pada umunya ialah istilah berkain, yakni memadukan kain atau pakaian batik dengan pakaian sehari-hari. Fenomena ini masih jarang kami temui. Tentunya, informasi yang kami terima akan menambah daftar referensi kebudayaan yang hendak diangkat untuk ditampilkan dalam Festival Pameran P5.

Tidak lupa, kedua narasumber tersebut membagikan pengalaman berharga mereka menjadi orang penting dan berpengaruh dalam bidang kebudayaan. Hal ini mampu menginspirasi anak muda seperti kami yang notabene masih menjajaki proses meraba dan mencari jati diri.

Pada minggu kedua, peserta didik mulai diarahkan untuk menentukan tema yang akan dipamerkan dalam Festival P5. Tema tersebut adalah unsur kearifan lokal di Daerah Yogyakarta. Setiap kelompok diwajibkan memilih satu tema, tetapi diperbolehkan untuk memadukan beberapa tema. Bahkan, setiap kelompok diperbolehkan untuk bekerja sama dengan kelompok lain. Hal ini menunjukkan bahwa satuan pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah sangat mengedepankan kebebasan peserta didik untuk menuangkan kreativitasnya. Projek ini benar-benar menjadi wadah yang berharga.

Kelompok kami dengan dibantu oleh guru pembimbing menyepakati untuk memilih tema Pakaian Khas. Namun, lebih mengerucut pada modifikasi motif batik yang merupakan perpaduan antara motif Batik Truntum (dituntun) asli Yogyakarta dengan tanaman anggrek bulan. Alasannya, tumbuhan ini banyak ditemui di lingkungan sekolah kami. Batik ini diberi nama "Grego" atau Anggrek Smago. Ide tersebut juga didasari oleh penghargaan Adiwiyata Nasional yang diberikan kepada SMA Negeri 1 Godean.

Fashion show dengan Batik grego
info gambar

Bersama guru pendamping yang kebetulan adalah pengampu mata pelajaran Seni Budaya, kami membatik sendiri dengan memanfaatkan peralatan yang tersedia di SMA Negeri 1 Godean. Mulai dari proses perendaman kain hingga pelorotan malam. Tidak hanya itu, setiap anggota kelompok kami dibebaskan membuat batik abstrak yang juga turut dipamerkan dalam Festival Pameran P5 nantinya.

Pelaksanaan kegiatan Festival Pameran P5
info gambar

Setelah mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan Festival Pameran P5, tibalah saat pelaksanaannya. Hari itu kami mengusung dresscodeberkain. Dimana hal ini merupakan implementasi dari apa yang kami pelajari dalam kegiatan Sarasehan Budaya. Dalam sudut pandang lain, kami juga berusaha menerapkan konsep keseimbangan antara teori dan praktik.

Fashion show dengan kain Batik grego
info gambar

Kami sangat senang dan bangga dapat memperkenalkan salah satu kekayaan Budaya Yogyakarta, yaitu batik yang hampir diklaim oleh negara lain. Namun, justru eksistensinya hampir luntur didaerahnya sendiri. Kami juga berkesempatan untuk berinteraksi sekaligus menjelaskan filosofi motif batik yang telah dibuat dengan daya cipta yang ada kepada pengunjung stand. Kami menyediakan kotak feedback atau umpan balik berkaitan dengan kesan, pesan, dan saran yang akan menjadi bahan evaluasi.

Pelaksanaan Festival Pameran P5
info gambar

Progam P5 ini sangat membantu Gen Z untuk kembali mengingat dan menambah daftar pengetahuan tentang kearifan lokal. Dengan hal tersebut, kami juga turut mengentaskan budaya yang hampir tertelan oleh perkembangan zaman dengan segala inovasinya. Terkhusus memperkenalkan kepada warga sekolah, unit sederhana kehidupan peserta didik.

Walaupun dengan segala problematika dibaliknya, kami merasa sangat puas dan bersyukur dengan hasil akhirnya. Rasanya, semua pengorbanan itu terbayar dengan antusias para pengunjung stand kami. Evaluasi itu harus. Pengalaman berharga ini akan selalu terkenang.

Selamat menjadi agen pembawa estafet perubahan, kawan. Ingat, kebaikan tidak berhenti pada dirimu. Salam Budaya, Lestari Budayaku!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini