Pacu Jalur sebagai Simbol Gotong Royong serta Memperkenalkan Kekayaan Budaya Riau

Pacu Jalur sebagai Simbol Gotong Royong serta Memperkenalkan Kekayaan Budaya Riau
info gambar utama

Pacu Jalur merupakan sebuah event mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Yang dimana panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur berarti Perahu. Pacu Jalur juga merupakan sebuah pesta rakyat kebanggaan Masyarakat yang selalu dinanti oleh masyarakat sekitar, khususnya oleh Kabupaten Kuantan Singingi.

Event ini diselenggarakan di pinggir Sungai Kuantan yang juga terkenal dengan nama Tepian Narosa yang terletak di Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Pacu Jalur sendiri merupakan suatu budaya yang bermula pada abad ke-17. Dimana pada saat itu, jalur menjadi sebuah bentuk alat transportasi bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Dikarenakan belum adanya akses transportasi melalui darat, maka masyarakat sekitar memilih jalur menjadi alat angkut penting bagi warga desa setempat untuk membawa hasil bumi maupun manusia di dalam-nya.

Seiring perkembangan zaman dari waktu ke waktu, muncul variasi yang berbeda pada jalur-jalur yang hendak dilewati, dimulai dari menghias badan perahu dengan diberi ukiran indah, serta dilengkapi dengan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), dan lambai-lambai (tempat juru mudi hendak berdiri) .

Hal itu membuat jalur tidak hanya dilirik dan dianggap sebagai alat angkut saja, jalur juga dikenal sebagai perahu panjang yang dapat mengangkut manusia dengan muatan 30-40 orang dan sekaligus sebagai alat pengangkut barang. Tak hanya itu jalur juga mampu memiliki peranan dan fungsi lainnya yakni sebagai penanda identitas sosial karena yang dimana pada saat itu hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias tersebut.

Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diselenggarakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu Belanda yang bernama Wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Pada masa penjajahan Belanda tersebut kegiatan pacu jalur di mulai pada tanggal 31 agustus s/d 1 atau 2 september.

Setelah 100 tahun kemudian, para warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan dilaksanakannya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Sebenarnya awal mula pacu jalur ini hanya dapat diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan guna untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring berjalannya waktu, pada akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Maka dari itu Pacu Jalur hanya dapat kita lihat dan kita saksikan perlombaannya pada tiap tahun di bulan Agustus.

Pacu Jalur : Sebagai salah satu simbol Gotong Royong Masyarakat Setempat

Pacu jalur adalah sebuah icon budaya Kuansing yang memiliki filosofi makna khusus. Dikatakan demikian, karena filosofinya berupa ungkapan masyarakat sekitar dengan mensyukuri hasil panen berupa padi di zaman dahulu dan mengembangkan budaya gotong royong antar masyarakat setempat. Hal ini dikemukakan oleh tokoh Kuansing, yang mana bahwasanya dulunya masyarakat Kuansing hanya panen padi setahun sekali dan kemudian menggunakan perahu besar untuk mengangkut hasil panen tersebut. Pacu jalur yang awalnya semula merupakan sampan besar yang digunakan untuk mengangkut padi yang dimana sampan besar tersebut dibuat oleh masyarakat sekitar untuk mengangkut padi mereka. Maka dari itu Pacu Jalur ini dikatakan sebagai Simbol Gotong Royong yang dimana untuk membuat sampan besar harus menggunakan SDM dan tenaga yang banyak agar hasilnya maksimal guna untuk kepentingan bersama.

Pacu jalur : Kegiatan tradisional yang melirik perhatian API dan kalangan Dunia.

Selain itu juga Pacu Jalur tradisional Kuantan Singingi juga mendapat penghargaan yaitu dengan dinobatkan-nya sebagai pariwisata terpopuler di Indonesia di ajang Anugerah Pesona Indonesi (API) yaitu pada tahun 2017 silam.

Selain itu juga perhelatan Event Pacu Jalur Tradisional yang terjadi ini tidak hanya menarik bagi wisatawan domestik, namun juga wisatawan mancanegara yang melihatnya. Pacu jalur ini juga merupakan event strategis yang menjadi pusat perhatian banyak pihak di semua kalangan.

REFERENSI :

https://kuansing.go.id/id/blog/pacu-jalur-tradisional-kuantan-singingi-dinobatkan-sebagai-pariwisata-terpopuler-di-ajang-anugerah-pesona-indonesia-api.html

https://kotajalur.kuansing.go.id/id/sejarah-pacu-jalur.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini